Mencintai Apa yang Bukan Aku Cintai

Disaat cinta tak dapat menggapai citanya, ada harap yang memeluk citanya. Waktu yang semakin membatas mengecilkan ruang untuk berekspresi. Lukisan, musik, dan sastra. Terkadang pemikiran mempertanyakan keadilan. Aku hanya menuntut hak untuk mengapresiasikan ekspresiku, kecintaanku, dan keinginanku. Apa selalu Takdir yang harus dipersalahkan?. Dengan mengumpat dari kesalahan, mengatas namakan takdir. Apa cita-cita tak tergapai itu takdir?. Apa kesempatan lenyap itu takdir juga?. Sejauh mana pandangan itu akan lenyap, hingga pada saat akhirnya aku mendapatkan kesempatan itu?. Apakah benar umurku terlalu sempit untuk kembali memulainya dari nol?, sedangkan emas berlianmu mendapatkan kebebasan untuk memilih mana yang paling dia cinta. Haruskah aku mengalah setiap waktunya? Yang pada saatnya aku sendiri yang selalu tertipu oleh waktu dan kemampuanku. Bahkan untuk mengatakan lelah pun sepertinya haram untukku. Sudahlah. Jikalau Dia mengatakan ini takdirku, mungkin Dia sudah menyalahi takdirku yang telah dituliskan oleh Allahku. Ataukah ini benar takdirku? Mencintai apa yang bukan aku cintai?